Kisah Pecandu Astronomi Menyaksikan Gerhana Matahari Total di Ternate

Saya istri pecandu astronomi. Saya senang mendengar kisahnya berburu benda langit. Saya berkesempatan berburu GMT bersamanya setelah hampir putus asa.

Saya istri pecandu astronomi. Saya senang mendengar kisahnya berburu benda langit, lewat obrolan santai ataupun novel mengingat dia novelis. Saya pun sering diajaknya stargazing, melihat bintang bersama klub astronominya atau berduaan saja di beranda rumah. Dia terobsesi melihat Gerhana Matahari Total (GMT), karena cuma fenomena itu yang belum dilihatnya.

Dia sudah tahu akan terjadi GMT pada 2016. Dia menabung sedikit demi sedikit ongkos perjalanan. Tapi sayang, laptopnya rusak dan rumah mesti direnovasi menghadapi musim hujan. Uang tabungan habis untuk belanja. Saya sempat tawarkan agar menabung lagi untuk dirinya sendiri saja. Saya ikhlas tidak disertakan demi dapur tetap 'ngebul'. Tapi ia menjawab,

"Apa pun yang terjadi, aku harus melihatnya bersamamu, meski cuma menyewa bungalow di pinggir pantai Cirebon."

Saya terharu. Tapi, ayolah mana ada GMT di Cirebon? Dia sedang menipu dirinya sendiri. Hal ini pasti akan menghantuinya.

Dia terlihat gundah, bahkan begadang setiap malam, entah mengerjakan apa. Tahu-tahu dia membawa kabar menghebohkan.

"Ma, kita jadi berangkat menonton GMT bersama detikcom!"

Ooh... Rupanya ini alasan dia begadang. Dia ikuti semua kuis detikcom mencari Laskar Gerhana dari lomba foto hingga lomba video. Bak doa yang terjawab, dirinya menang lomba video yang membolehkan peserta membawa satu orang tambahan.

Ini berkah tiada tara. Kami menyambutnya gembira. Sang suami bahkan menyiapkan alat stargazing-nya. Sayang langit Ternate, yang menjadi hotspot GMT kami, diguyur hujan saat malam.
"Semoga hari cerah saat GMT," ujarnya. saya pun berharap begitu.

Program yang disponsori oleh Kementerian Pariwisata, serta didukung Bakamla, dan Sriwijaya Air ini sukses besar.

Pada hari-H, kami sempat harap cemas melihat langit masih mendung saat subuh. But the show must go on. Kapal Bakamla membawa kami, para Laskar Gerhana, menuju lokasi pengamatan di tengah lautan. Orang-orang sibuk menyiapkan peralatan untuk mengabadikan momen. Cahaya matahari mulai bersirobok di ufuk timur. Menyajikan pemandangan sunrise terindah yang pernah saya lihat. Pemandangan ini tidak saya temukan di perkotaan yang memiliki tingkat polusi tinggi. Saya bersyukur menyaksikannya bersama lelaki favorit saya.

Matahari beranjak tinggi, mendekati fase konjungsinya dengan bulan. Saat itulah gerhana terjadi. Semua mata tertuju pada satu titik. Mata-mata kamera mulai membidik. Matahari mulai tertutupi. Cahaya yang cerah perlahan meredup hingga kemudian gelap gulita.

Subhanallah! Sungguh indahnya GMT. Langit biru seketika menghitam, menyajikan pemandangan malam dengan beberapa titik cahaya bintang. Demikian juga lansekap di bumi, dengan sedikit cahaya benderang di kaki langit.

"Selamat malam, Pagi," ujarku.

Kulihat suami terpana menyaksikan ini semua. Dia tersengat oleh keindahan surgawi. Dia lupa mengambil banyak gambar untuk diabadikan. Tapi dia sempat merekamnya ke dalam video, dengan gaya reportase. Tutur katanya terbata akibat rasa bahagia yang membuncah. Saat momen itu berangsur pergi, ia tersenyum kepadaku.

"Aku pasti akan merindukan saat-saat seperti ini."

Ya, saya juga akan merindukan saat-saat ini. Kenangannya tidak akan pernah tergantikan sampai kapan pun. Terimakasih Allah atas kesempatan emas ini. Terimakasih detikcom, Kemenpar, Bakamla, dan Sriwijaya Air. Sampai jumpa tahun 2019, saat gerhana matahari cincin menyapa negeri ini.

*Pernah diunggah di DetikTravel :

http://travel.detik.com/read/2016/03/18/102200/3164837/1025/kisah-pecandu-astronomi-menyaksikan-gerhana-matahari-total-di-ternate

Komentar

Most Read

#MemesonaItu Bekerja Keras Tanpa Malu

Bangkit dari Kubur, eh, Bangkit dari Tidur